Beranda Quotes Goresan Gus Usamah “Bacalah”.

Goresan Gus Usamah “Bacalah”.

64
0

Oleh : Agus Usamah Zahid

Koleksi buku saya tidak begitu banyak, mungkin hanya sekitar dua ratusan, itupun kebanyakan adalah buku2 ringan seperti novel atau komik, mungkin Jumlahnya akan menjadi lebih banyak jika ditambah dengan beberapa kitab, tapi meskipun tidak begitu banyak, tapi saya cukup bangga punya koleksi beberapa buku, setidaknya saya merasa agak2 “well educated” gitu.

Tapi saya harus akui bahwa saya sebenarnya adalah seorang pemalas dalam hal membaca, ya benar, saya seolah menjadi lemah dan tak berdaya ketika dihadapkan pada sebuah buku.

Untuk menghatamkan satu judul buku yang ringan seperti novel, seringkali harus saya selesaikan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, atau bahkan tidak selesai sama sekali, apalagi buku2 yang berat, buku saya yang berjudul A History of God, karya Karen Amstrong, sampai sekarang belum pernah beranjak dari halaman 90 sekian dari hampir 500 halaman, itu artinya hanya sekitar 20% saja, padahal saya sudah membelinya sejak 4 atau lima tahun yg lalu.

Begitupun dengan buku desain yahudi atau kehendak Tuhan, karya Max I Dimont, mungkin baru setengah yang saya baca, belum buku2 yang lainnya, berat sekali baca buku2 itu, bahkan ada beberapa buku yang masih terbungkus dalam plastik dengan rapi.

Bagi saya, berat dan ringannya suatu bacaan bukan dilihat dari genrenya, atau tebal tipisnya suatu buku, tapi dari materi yang terkandung di dalamnya, karya2 Lesley Hazelton atau Paulo Coelho meskipun dikemas dalam bentuk novel, tapi cukup terasa berat bagi saya untuk memahaminya, atau kitab Waraqat karya al Juwaini adalah buku yang tipis, tapi membuat kepala jadi pening, cekot2 dan bikin anyang-anyangan untuk memahaminya.

Namun saya tetap berusaha memaksa diri saya untuk terus membaca, meski terasa seperti sedang berperang melawan hawa nafsu, “jihad akbar” dari keinginan untuk melakukan hal lainnya yang lebih mengasyikkan, seperti scroll reels atau tiktok atau melihat video2 pendek. .

Bayangkan, untuk membaca buku2 tersebut, saya harus berjuang untuk dapat melewati halaman demi halaman yang terkadang sangat membosankan, berkonsentrasi untuk mencerna kata demi kata yang terkadang sulit dimengerti, dan harus menyemangati diri sendiri untuk mengeja huruf demi huruf yang semakin lama semakin kabur, seolah hendak melarikan diri.

Makanya, setiap kali saya telah menyelesaikan suatu buku, saya mengapresiasi diri saya sendiri minimal dengan makan-makan, atau membeli minuman yang “agak jahat” (bersoda dan manis), sekedar untuk menjadi penyemangat atas segala ikhtiar dan usaha yang telah tuntas dijalani.

Dan saya rasa itu sesuatu yang cukup worth it, karena membaca adalah suatu hal yang dapat menambah wawasan seseorang, semakin banyak ia membaca maka mestinya semakin banyak pula pemahaman yang ia miliki.

Teorinya…..

Tapi memang begitu kok, meskipun mungkin tertatih tatih dan berjalan lambat, membaca buku akan menambah wawasan seseorang, jangan khawatir karena lemahnya saya ingat kita, bahwa setiap kita menuntaskan dan mengakhiri suatu bacaan, maka hilang pula ingatan kita akan bacaan tersebut, karena saya juga mengalaminya.

Jangan dikira dengan koleksi buku2 yang saya miliki, dan telah saya baca, saya ingat semuanya dan menjadi pintar karenanya, jaauuuhh brader, karena jauh lebih banyak yang saya lupa daripada yang saya ingat.

Saya beranggapan membaca itu ibarat merangkai sebuah puzzle pengetahuan, mungkin dari satu buku kita hanya mendapatkan suatu potongan pengetahuan dan akan dilengkapi dengan potongan pengetahuan lain dari buku berikutnya, maka memperbanyak objek bacaan adalah salah satu cara bagi saya agar rangkaian puzzle yang kita susun dalam alam bawah sadar kita terangkai dengan sempurna.

Dan melalui buku saya mendapatkan banyak informasi tentang berbagai hal, saya dapat membayangkan keindahan sungai Huangho, Yangtze, pegunungan Kunlun, cantiknya perempuan2 suku Uighur di Negri China karena saya sejak kecil sudah membaca karya2 Asmaraman S Kho ping ho, saya jatuh cinta dengan budaya Mataraman, dan mengetahui konflik berdarah antara Demak – Jipang – Pajang dan kemudian Mataram Islam, karena sejak SD saya telah menyelesaikan hampir semua karya SH. Mintardja, saya mengetahui tokoh2 besar seperti, Michael Angelo, Rafael, Donatelo hingga Henry Ford, bahkan tokoh2 pewayangan dari Arjuna Sosrobahu hingga Arjuna putra Pandu, semua dari buku2 yang saya baca.

Dan banyak pemahaman lain yang saya dapatkan, maupun peningkatan perspektif yang saya raih melalui buku ataupun bacaan yang saya baca, maka saya juga mengajak serta mengajarkan kepada anak2 saya serta junior saya agar mencintai buku serta menyempatkan waktu untuk membaca, sebagaimana yang malaikat Jibril ajarkan kepada Nabi kita “Iqra’ ; Bacalah….!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini