Beranda Quotes Mencari Pengakuan Dengan Mentolerir Kesalahan

Mencari Pengakuan Dengan Mentolerir Kesalahan

33
0

Redaksi kalimat ini menyoroti perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dalam kebenaran dan orang yang lebih memilih popularitas atau pengakuan dengan cara mentolerir kesalahan. Untuk memahami konsep ini secara lebih mendalam, kita dapat merujuk kepada Al-Qur’an, hadis Nabi, dan pendapat para ulama.


1. Al-Qur’an tentang Bertahan dalam Kebenaran

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam beberapa ayat yang menekankan pentingnya berpegang teguh pada kebenaran dan tidak mencari pengakuan dengan mengorbankan prinsip:

a. Kelompok yang Istiqamah dalam Kebenaran

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami adalah Allah’ kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata): ‘Janganlah kalian merasa takut dan janganlah kalian bersedih hati; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan kepada kalian.'”
(QS. Fussilat: 30)

Ayat ini menegaskan bahwa orang yang tetap bertahan dalam kebenaran akan mendapat pertolongan dari Allah, meskipun mungkin jumlah mereka sedikit.

b. Mayoritas Tidak Selalu di Atas Kebenaran

Sebaliknya, Al-Qur’an juga menegaskan bahwa mayoritas manusia sering kali mengikuti hawa nafsu dan kesalahan:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka, dan mereka hanyalah membuat kebohongan.”
(QS. Al-An’am: 116)

Ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran tidak diukur dari jumlah pengikutnya, tetapi dari kesesuaiannya dengan wahyu Allah.


2. Hadis Nabi tentang Bertahan dalam Kebenaran

Rasulullah ﷺ juga telah mengingatkan bahwa akan datang masa ketika orang yang berpegang teguh pada kebenaran akan sedikit dan diuji dengan banyak rintangan.

a. Perumpamaan Orang yang Istiqamah Seperti Memegang Bara Api

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang suatu zaman kepada manusia, di mana orang yang bersabar dalam menjalankan agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
(HR. Tirmidzi No. 2260, dinilai sahih oleh Al-Albani)

Hadis ini menggambarkan bahwa mempertahankan kebenaran bukanlah hal yang mudah, karena sering kali berhadapan dengan tekanan sosial dan ujian.

b. Islam Bermula dan Berakhir dalam Keadaan Asing

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya. Maka, beruntunglah orang-orang yang dianggap asing (ghuraba).”
(HR. Muslim No. 145)

Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang berpegang teguh pada kebenaran sering kali akan menjadi kelompok kecil dan dianggap aneh oleh masyarakat.


3. Pendapat Ulama tentang Bertahan dalam Kebenaran

a. Ibnu Taimiyah: Kebenaran Tidak Ditentukan oleh Jumlah

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

“Kebenaran tidak diukur dengan banyaknya pengikut, tetapi diukur dengan dalil dan bukti syar’i. Jika engkau mencari kebenaran berdasarkan jumlah, maka engkau bisa tersesat karena mayoritas manusia tidak mengetahui kebenaran.”
(Majmu’ al-Fatawa, 3/346)

Pernyataan ini menegaskan bahwa kita tidak boleh menilai sesuatu benar hanya karena banyak orang yang mengikutinya.

b. Imam Syafi’i: Tidak Takut Sendirian dalam Kebenaran

Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

“Engkau tidak akan bisa menyenangkan semua manusia. Maka, perbaikilah hubunganmu dengan Allah. Jika engkau telah memperbaiki hubungan dengan-Nya, maka tidak perlu khawatir meskipun manusia menolakmu.”
(Dikutip dalam Hilyatul Auliya’ 9/121)

Pesan Imam Syafi’i ini mengingatkan bahwa tujuan utama seorang Muslim adalah mencari ridha Allah, bukan pengakuan dari manusia.


4. Kesimpulan

Dari ayat, hadis, dan pendapat ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa:

  1. Orang yang benar-benar bertahan dalam kebenaran itu sedikit, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-An’am: 116.
  2. Bertahan dalam kebenaran adalah ujian berat, bahkan Rasulullah ﷺ menggambarkannya seperti menggenggam bara api.
  3. Mayoritas manusia cenderung mencari pengakuan dengan mentolerir kesalahan, tetapi yang sedikit yang tetap teguh dengan kebenaran.
  4. Islam dan para pengikut kebenaran akan selalu terasa asing, sebagaimana hadis tentang ghuraba.
  5. Kebenaran tidak diukur dari jumlah pengikutnya, tetapi dari dalil dan hujjah yang benar, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang tetap berpegang teguh pada kebenaran meskipun sedikit yang mengikutinya. Aamiin.

@Yai_Meruya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini