Sayyid Ibnu ‘Abbas, seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang dikenal dengan keluasan ilmunya dan dijuluki Tarjumanul Qur’an (penafsir Al-Qur’an), pernah menyampaikan sebuah kalam bijak tentang bagaimana seseorang bisa menjadi orang alim—yaitu orang yang berilmu dan memahami agama secara mendalam.
Beliau berkata bahwa ada tiga kunci utama untuk meraih keilmuan:
1. Mulut yang Mau Bertanya
Orang alim tidak lahir dari sikap diam dan enggan bertanya. Mulut yang mau bertanya adalah tanda dari hati yang haus ilmu. Bertanya adalah langkah awal untuk membuka pintu pemahaman. Bahkan dalam Islam, bertanya dianggap sebagai bentuk ibadah ketika dilakukan dengan niat mencari kebenaran dan ilmu yang bermanfaat. Allah sendiri berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Fas’alū ahlaz-zikri in kuntum lā ta‘lamūn.”
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Dengan bertanya, seseorang menunjukkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang bisa dikuasai sendiri. Maka, jadikan lisan sebagai alat untuk menggali pengetahuan, bukan hanya untuk berbicara tanpa makna.
2. Akal yang Mau Berpikir
Setelah bertanya, langkah selanjutnya adalah merenung dan berpikir. Ilmu tidak sekadar didengar atau dihafalkan, tapi diproses dalam akal dan direnungkan maknanya. Pemikiran yang dalam akan melahirkan pemahaman yang kokoh. Dalam banyak ayat Al-Qur’an, Allah mengajak manusia untuk tafakkur (berpikir), sebagai jalan untuk memahami tanda-tanda kebesaran-Nya.
Berpikir juga menjadi pembeda antara orang yang sekadar tahu dengan orang yang memahami. Orang alim adalah mereka yang mampu menghubungkan ilmu dengan hikmah, tidak sekadar menyimpan informasi, tapi mampu mengambil pelajaran darinya.
3. Tidak Mudah Bosan
Menuntut ilmu adalah perjalanan panjang. Dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Orang yang cepat bosan akan tertinggal dalam proses ini. Ilmu tidak diberikan kepada orang yang setengah hati, melainkan kepada mereka yang istiqamah dan terus belajar, meskipun sedikit demi sedikit.
Kebosanan adalah musuh terbesar dalam proses belajar. Oleh karena itu, para pencari ilmu harus menumbuhkan rasa cinta terhadap ilmu itu sendiri, agar semangat belajar tetap menyala, bahkan ketika ujian dan kesulitan menghadang.
~Ibnu Rifai, S.Kom~