Di tengah gelegar perjuangan kemerdekaan yang belum usai, ada satu titik di tanah Jawa Barat yang menjadi saksi bisu lahirnya semangat jihad fi sabilillah dari kalangan santri: Cibogo, Cibarusah, Cikarang Selatan. Di sinilah, pada tahun 1945, sejarah mencatat sebuah peristiwa agung yang jarang diungkap dalam lembar-lembar sejarah resmi—kaderisasi pertama Nahdlatul Ulama dan pembentukan Laskar Hizbullah, pasukan santri yang kelak menjadi garda terdepan melawan agresi militer Belanda yang kedua.
Saat daerah-daerah lain belum tersentuh proses pengkaderan terstruktur oleh NU, seorang alim besar dari Cibarusah tampil di garis depan. KH. Raden Makmun Nawawi, yang lebih dikenal sebagai Mama Cibogo, seorang santri langsung dari pendiri NU, Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, membuka pesantrennya—Pondok Pesantren Baqiyatussalihat—sebagai pusat kaderisasi. Tempat itu bukan hanya menjadi arena pendidikan ruhani dan keilmuan, tetapi juga menjadi basis pelatihan militer santri, mencetak mujahid-mujahid tangguh dalam wujud Laskar Hizbullah.
Para narasumber dan pelatih yang hadir bukan orang biasa. Mereka adalah barisan tokoh agung NU dan ulama nasionalis visioner:
- KH. Hasyim Asy’ari
- KH. Abdul Wahab Chasbullah
- KH. Bisri Syansuri
Dan para peserta kaderisasinya kelak dikenal sebagai tokoh-tokoh penting bangsa, seperti:
- KH. Wahid Hasyim, sang reformis pendidikan Islam
- KH. Ahmad Dahlan, (perlu diklarifikasi karena Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah lebih dahulu wafat 1923)
- KH. Saifuddin Zuhri
- KH. Subhan ZE
- KH. Mas Mansur
Kini, saya berdiri di atas tanah yang dipenuhi dengan keberkahan dan semangat perjuangan itu. Tanah ini telah melahirkan para ulama dan negarawan, termasuk KH. Wahid Hasyim, peletak dasar Kementerian Agama RI, dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 Republik Indonesia yang bijak, humanis, dan pluralis.
Di sinilah sejarah hidup, berdenyut dalam jejak langkah para pendahulu kita. Bukan sekadar lembaran masa lalu, tetapi pelita yang terus menyala bagi generasi hari ini.
Lahumul fātihah… 🤲🏻
Oleh : H. Mochamad Subhan, S.Pd.I., M.Hum.
Seorang pendidik, pemikir, dan aktivis organisasi keislaman yang aktif dalam pengembangan pendidikan dan dakwah di Jakarta.
Berpengalaman dalam dunia madrasah serta memiliki kepedulian tinggi terhadap penguatan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah masyarakat urban.
Catatan: Nama KH. Ahmad Dahlan dalam konteks ini perlu diverifikasi kembali, karena beliau wafat tahun 1923 dan merupakan pendiri Muhammadiyah, bukan bagian dari proses kaderisasi Hizbullah tahun 1945. Jika memang ada tokoh berbeda yang dimaksud, perlu penyebutan yang tepat.