Dulu, saya pernah bertanya-tanya, mengapa banyak orang dengan sengaja memilih untuk mengasingkan diri? Apakah mereka merasa lelah dengan kehidupan sosial, atau ada alasan yang lebih dalam? Ternyata, setelah merenungi lebih jauh, saya menemukan bahwa sebagian besar dari mereka sedang berusaha untuk jujur pada diri sendiri. Mereka ingin memahami perjalanan hidup yang telah mereka lalui, mengevaluasi pilihan-pilihan yang dibuat, serta mencari ketenangan untuk lebih mengenal diri dan tujuan hidup mereka.
Salah satu bentuk perenungan yang sering dilakukan dalam pengasingan diri adalah murojaah—mengulang dan mempertahankan ilmu yang telah dipelajari. Ulama besar seperti Imam Syafi’i pernah berkata:
“Ilmu itu bagaikan hewan buruan, dan menuliskannya adalah tali kekangnya. Ikatlah ilmumu dengan menuliskannya.”
Namun, lebih dari sekadar menulis, ilmu juga harus terus diulang agar tidak hilang. Inilah mengapa murojaah jauh lebih berat daripada ziyadah (menambah ilmu baru). Mendapatkan sesuatu memang sulit, tetapi mempertahankannya jauh lebih menantang. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah:
“Hilangnya ilmu bukan karena lupa, tetapi karena tidak diamalkan.”
Ketika seseorang memilih mengasingkan diri, mereka sebenarnya sedang berusaha untuk menghidupkan kembali ilmu yang telah mereka pelajari, menjaga hati agar tetap bersih, serta menemukan ketenangan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dalam kesendirian, seseorang dapat lebih fokus, menghindari gangguan duniawi, dan benar-benar memahami apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Di tengah perjuangan dalam murojaah dan memperbaiki diri, hendaknya kita selalu memohon pertolongan kepada Allah agar ilmu yang kita peroleh tetap terjaga dan memberi manfaat. Salah satu doa yang bisa kita panjatkan adalah:
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
Allāhumma anfa‘nī bimā ‘allamtanī wa ‘allimnī mā yanfa‘unī wa zidnī ‘ilmā.
“Ya Allah, berilah aku manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat, dan tambahkanlah ilmuku.”
Dengan berdoa dan terus berusaha, semoga kita termasuk orang-orang yang tidak hanya mendapatkan ilmu, tetapi juga mampu menjaga dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, ilmu sejati bukan hanya tentang seberapa banyak yang kita tahu, tetapi seberapa besar kita mampu memanfaatkannya untuk kebaikan.

