Beranda Berita Rijalul Ansor Waringinjaya Teguhkan Disiplin Batin, Tertib Struktur, dan Khidmah Kebangsaan

Rijalul Ansor Waringinjaya Teguhkan Disiplin Batin, Tertib Struktur, dan Khidmah Kebangsaan

2
0

Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda (GP) Ansor Desa Waringinjaya, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, kembali menggelar kegiatan Rijalul Ansor sebagai bagian dari agenda pembinaan kader pada Ahad malam, 14 Desember 2025. Kegiatan yang dilaksanakan di Masjid Jami’e Ar-Raudhoh, Perumahan Taman Permata Indah tersebut berlangsung dengan khidmat dan penuh nuansa spiritual, sekaligus menjadi ruang konsolidasi ideologis bagi kader Ansor dan warga Nahdlatul Ulama (NU) setempat.

Rijalul Ansor merupakan forum rutin yang memiliki posisi strategis dalam tradisi kaderisasi GP Ansor. Tidak sekadar menjadi majelis dzikir dan doa bersama, kegiatan ini juga dimaknai sebagai sarana penguatan disiplin batin, peneguhan loyalitas struktural, serta pendalaman nilai-nilai perjuangan Aswaja an-Nahdliyah. Dalam konteks tersebut, Rijalul Ansor menjadi medium penting untuk merawat kesinambungan tradisi NU sekaligus menyiapkan kader yang matang secara spiritual, ideologis, dan organisatoris.

Kegiatan Rijalul Ansor Waringinjaya dihadiri oleh sejumlah tokoh agama dan tokoh struktural NU di tingkat kecamatan maupun desa. Turut hadir Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Kedungwaringin, KH Abdul Baashit Thobri, S.T., M.Pd.; Mustasyar MWC NU Kecamatan Kedungwaringin, Kyai Khoirulhadi Nasution; Ketua Tanfidziyah MWC NU Kecamatan Kedungwaringin, Kyai Hafidz Ridho; Ketua PRNU Desa Waringinjaya, Bapak Fatih Al-Fattah, S.Kep.; Ketua DKM Masjid Jami’e Ar-Raudhoh, Bapak Ahmad Suratman, S.Pd.I.; Ketua RW Perumahan Taman Permata Indah, Bapak Hendro; para Ketua Majelis Taklim; para Ketua RT se-Perumahan Taman Permata Indah; serta jajaran pengurus PRNU, badan otonom NU, dan warga Nahdliyin.

Kehadiran unsur struktural NU, tokoh masyarakat, serta perangkat lingkungan tersebut menegaskan bahwa Rijalul Ansor bukan hanya milik internal kader GP Ansor, melainkan telah menjadi ruang kebersamaan umat. Forum ini mempertemukan dimensi spiritual, sosial, dan struktural dalam satu majelis yang menyejukkan sekaligus menguatkan arah perjuangan jam’iyah.

Dalam rangkaian kegiatan, para kader Ansor diajak untuk kembali merenungi makna perjuangan melalui nilai Tekan–Tahan–Jawab, sebuah rumusan kaderisasi batin yang telah lama menjadi ruh dalam tradisi Rijalul Ansor. Nilai ini dipandang relevan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks, baik dari sisi sosial, ideologis, maupun kebangsaan.

Tekan dimaknai sebagai realitas perjuangan yang tidak pernah lepas dari dinamika dan tekanan. Kader Ansor hidup di tengah perubahan sosial yang cepat, arus informasi yang masif, serta tantangan kebangsaan yang membutuhkan kejernihan sikap. Tekanan tersebut menuntut kader untuk tetap berpikir jernih, tidak reaktif, dan senantiasa berada dalam satu garis komando organisasi. Dalam perspektif ini, tekanan bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi dengan kesadaran ideologis dan kedewasaan sikap.

Tahan merupakan watak dasar kader Ansor yang harus terus ditempa. Menahan diri berarti teguh dalam akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, patuh terhadap aturan dan keputusan organisasi, serta menjaga adab dalam berjuang. Pada fase ini, kader dididik untuk menundukkan ego pribadi, kepentingan kelompok kecil, maupun ambisi sesaat demi kepentingan jam’iyah yang lebih besar. Ketahanan batin menjadi fondasi agar militansi kader tidak berubah menjadi sikap emosional yang lepas kendali.

Sementara itu, Jawab dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab nyata kader terhadap umat, organisasi, dan bangsa. Jawaban atas tantangan zaman tidak diwujudkan melalui gerakan individual atau aksi sporadis, melainkan melalui kerja kolektif yang terstruktur dan terkoordinasi. Pengamanan umat, khidmah sosial, dakwah yang meneduhkan, serta komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wujud konkret dari tanggung jawab kader Ansor dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Dalam sambutan dan tausiyah yang disampaikan, para tokoh NU menekankan pentingnya disiplin struktural sebagai napas organisasi. Disiplin dipandang bukan sebagai bentuk pembatasan, melainkan sebagai instrumen penjaga arah perjuangan. Tanpa disiplin struktural, militansi kader berpotensi kehilangan orientasi; tanpa struktur yang jelas, semangat juang justru dapat berubah menjadi kegaduhan yang kontraproduktif.

GP Ansor, sebagai badan otonom NU yang memiliki karakter kepemudaan dan kebangsaan, dituntut untuk mampu memadukan semangat juang dengan ketaatan struktural. Melalui forum Rijalul Ansor, kader diingatkan bahwa kekuatan Ansor tidak hanya terletak pada jumlah dan keberanian, tetapi juga pada kedalaman spiritual, kejernihan ideologi, dan kepatuhan terhadap jam’iyah.

Kyai Khoirulhadi Nasution dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi atas konsistensi GP Ansor Waringinjaya dalam merawat tradisi Rijalul Ansor. Menurutnya, kegiatan ini memiliki dampak positif dalam membangun sinergi antara struktur NU, badan otonom, dan masyarakat. Ia menegaskan bahwa kekuatan NU di tingkat akar rumput terletak pada soliditas jamaah dan keberlanjutan tradisi yang dijaga secara kolektif.

Hal senada disampaikan oleh para tokoh masyarakat dan pengurus lingkungan yang hadir. Mereka menilai Rijalul Ansor tidak hanya memperkuat kader Ansor, tetapi juga menghadirkan suasana religius yang menyejukkan di tengah masyarakat. Kehadiran Ansor di ruang-ruang keumatan dipandang sebagai kontribusi nyata dalam menjaga harmoni sosial, memperkuat nilai kebersamaan, dan menanamkan semangat kebangsaan yang berakar pada nilai-nilai keislaman moderat.

Melalui kegiatan Rijalul Ansor ini, GP Ansor Waringinjaya menegaskan kembali komitmennya untuk terus berada di garda terdepan dalam khidmah keumatan dan kebangsaan. Disiplin batin, tertib struktur, dan kejelasan garis perjuangan menjadi fondasi utama dalam setiap langkah organisasi. Kesetiaan pada jam’iyah dan struktur NU dipahami bukan sekadar kewajiban organisatoris, melainkan bagian dari ibadah dan tanggung jawab moral kader terhadap agama, bangsa, dan negara.

Rijalul Ansor Waringinjaya menjadi pengingat bahwa NU kuat karena tradisi, dan Ansor tegak karena disiplin. Di tengah tantangan zaman yang terus berubah, forum seperti ini diharapkan tetap menjadi oase spiritual dan ideologis yang menjaga kader Ansor agar tetap kokoh, terarah, dan konsisten dalam khidmah kepada umat, Nahdlatul Ulama, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

#RijalulAnsor #GPAnsor #NU #Aswaja #KaderisasiAnsor #DisiplinOrganisasi #KhidmahUmat #NUKabupatenBekasi #Waringinjaya #Kedungwaringin #MajelisDzikir #TradisiNU #AnsorTegak #JamiyahNU #IslamRahmatan #KomitmenKebangsaan #NKRI #MasjidArRaudhoh #PerumTamanPermataIndah #BersamaNU

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini