Pada April 2025, SMK Karya Pembaharuan di Kabupaten Bekasi menjadi sorotan publik setelah seorang wali murid mengadukan rencana kegiatan perpisahan siswa ke Bali kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dalam aduan tersebut, disebutkan bahwa orang tua siswa diminta membayar iuran sebesar Rp150.000 per bulan selama tiga tahun, yang totalnya mencapai sekitar Rp5-6 juta. (Setelah Diperingatkan Dedi Mulyadi, SMK di Bekasi Batalkan …, SMK di Bekasi Bantah Study Tour ke Bali, tapi Perpisahan)
Menanggapi hal ini, Kepala Sekolah SMK Karya Pembaharuan, Ahmad Tetuko Taqiyudin, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bukanlah study tour, melainkan acara perpisahan yang telah disepakati bersama sejak awal. Ia juga membantah besaran biaya yang disebutkan, menyatakan bahwa iuran untuk perpisahan adalah Rp100.000 per bulan selama tiga tahun, totalnya Rp3,6 juta. (SMK di Bekasi Batalkan Study Tour ke Bali Usai Ditegur Gubernur …, SMK di Bekasi Bantah Study Tour ke Bali, tapi Perpisahan)
Setelah mendapat teguran dari Gubernur Dedi Mulyadi, pihak sekolah memutuskan untuk membatalkan kegiatan perpisahan ke Bali dan berjanji akan mengembalikan dana yang telah dikumpulkan kepada para orang tua siswa. (SMK di Bekasi Batalkan Study Tour ke Bali Usai Ditegur Gubernur …)
Menimbang Perspektif Semua Pihak
1. Perspektif Orang Tua Siswa: Orang tua merasa terbebani dengan iuran yang harus dibayarkan untuk kegiatan perpisahan, terutama jika informasi mengenai rincian biaya tidak disampaikan secara transparan sejak awal. Kekhawatiran mereka meningkat ketika mengetahui bahwa kegiatan tersebut akan dilaksanakan di Bali, yang identik dengan biaya tinggi.
2. Perspektif Sekolah: Pihak sekolah menyatakan bahwa kegiatan perpisahan telah direncanakan dan disepakati bersama sejak awal, dengan iuran yang jelas dan terperinci. Mereka juga menekankan bahwa kegiatan tersebut bukanlah study tour, melainkan acara perpisahan untuk siswa kelas 12. (SMK di Bekasi Bantah Study Tour ke Bali, tapi Perpisahan)
3. Perspektif Pemerintah Daerah: Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan larangan terhadap kegiatan study tour yang memberatkan orang tua siswa. Ia meminta sekolah untuk membatalkan kegiatan tersebut demi meringankan beban finansial keluarga siswa. (SMK di Bekasi Batalkan Study Tour ke Bali Usai Ditegur Gubernur …)
Perlu dipahami :
Bersekolah di lembaga swasta pada dasarnya memang membutuhkan kesiapan dari berbagai sisi, termasuk dalam hal pembiayaan. Hal ini wajar, karena lembaga swasta umumnya berusaha memberikan fasilitas terbaik dan mendukung capaian prestasi yang optimal bagi para siswanya. Dukungan finansial dari orang tua menjadi bagian penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan tersebut.
Selain itu, perlu dipahami bahwa banyak kegiatan sekolah, seperti acara perpisahan, biasanya sudah direncanakan jauh-jauh hari. Ketika kemudian muncul regulasi atau kebijakan baru, tentu perlu ada ruang waktu yang cukup untuk proses penyesuaian. Ini penting agar transisi berjalan dengan adil dan tetap menghargai usaha, niat baik, serta komitmen semua pihak yang sudah berupaya sejak awal.
Dengan demikian, menjaga komunikasi yang terbuka dan mencari solusi bersama menjadi kunci agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, sekaligus tetap menghormati aturan yang berlaku.
Ibnu Rifai, S.Kom