Beranda Berita Tamparan yang Menggema : Ketika Emosi Seorang Guru Menjadi Pelajaran untuk Dunia...

Tamparan yang Menggema : Ketika Emosi Seorang Guru Menjadi Pelajaran untuk Dunia Pendidikan

30
0

Demak, 18 Juli 2025 — Dunia pendidikan kembali diguncang oleh sebuah peristiwa yang menjadi sorotan publik. Seorang guru Madrasah Diniyyah (Madin) berinisial AZ (50), warga Kabupaten Demak, mendadak viral setelah menampar muridnya hingga berujung pada tuntutan denda sebesar Rp 25 juta dari pihak keluarga siswa.

Kejadian bermula pada 30 April 2025 pukul 14.30 WIB, saat AZ tengah mengajar pelajaran fikih di kelas 5 Madin. Suasana kelas yang seharusnya tenang berubah ricuh ketika sejumlah siswa kelas 6 bermain lempar-lemparan sandal di luar kelas. Malang, salah satu lemparan itu mengenai kepala AZ dan membuat peci yang dikenakannya terjatuh.

Menurut Kepala Madin, Miftahul Hidayat, AZ secara spontan menghentikan pelajaran, mengambil pecinya yang jatuh, lalu menghampiri kelas 6 untuk meminta klarifikasi. Namun, tidak ada satu pun siswa yang mengakui perbuatannya. Dalam kondisi emosi yang memuncak, AZ memberikan peringatan bahwa jika tidak ada yang mengaku, maka seluruh siswa akan dibawa ke kantor.

“Setelah peringatan tersebut, semua siswa menunjuk satu anak berinisial D. Karena emosi, AZ kemudian menarik siswa tersebut dan melakukan tindakan pemukulan,” terang Miftahul dalam keterangannya kepada awak media di Jatirejo, Kecamatan Karanganyar, Demak.

Upaya Damai yang Berujung Denda

Keesokan harinya, kakek korban melaporkan kejadian itu kepada pihak Madin. Kepala Madin segera melakukan pengecekan dan mencoba membangun komunikasi. Mediasi pun diupayakan. Pada pertemuan awal, AZ mengakui kesalahannya dan menyampaikan permintaan maaf yang juga disampaikan secara institusional oleh pihak Madin.

“Ibu korban menerima permintaan maaf tersebut, namun meminta dibuatkan surat pernyataan bermeterai sebagai bentuk tanggung jawab,” ujar Miftahul.

Waktu berjalan, namun permasalahan tak kunjung usai. Beberapa bulan kemudian, lima orang dari pihak keluarga korban mendatangi kantor Madin dengan surat panggilan resmi dari kepolisian. Permintaan mediasi kembali diusulkan, dan disepakati untuk dilakukan di rumah Kepala Madin pada 12 Juli 2025.

Hasil dari mediasi tersebut menyatakan adanya kesepakatan damai. Namun yang mengejutkan, salah satu poin dalam pertemuan tersebut adalah adanya tuntutan denda sebesar Rp 25 juta kepada guru AZ. Meski jumlah tersebut disepakati secara lisan, dalam surat perjanjian tidak dicantumkan nominal uang yang harus dibayarkan.

Hikmah dan Pelajaran untuk Dunia Pendidikan

Peristiwa ini menorehkan pelajaran penting bagi semua elemen pendidikan — guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Seorang guru, sebagai sosok pendidik dan teladan, harus mampu mengendalikan emosi bahkan dalam situasi paling provokatif sekalipun. Di sisi lain, siswa dan orang tua juga diharapkan memahami pentingnya etika dan disiplin, baik di dalam maupun di luar ruang kelas.

Kejadian ini menyingkap betapa pentingnya komunikasi yang sehat dan bijak antara sekolah dan wali murid. Apabila sejak awal diselesaikan dengan tenang dan penuh empati, konflik tidak akan berujung pada sanksi materi yang menekan pihak guru maupun institusi pendidikan kecil seperti Madin.

Dalam konteks yang lebih luas, ini menjadi refleksi bahwa dunia pendidikan bukan hanya tempat mentransfer ilmu, tetapi juga ladang ujian akhlak dan keteladanan. Tamparan fisik yang dilakukan guru AZ memang tak bisa dibenarkan, namun biarlah menjadi tamparan batin bagi semua pihak agar lebih mawas diri dan memperbaiki sistem komunikasi dan penyelesaian konflik di dunia pendidikan.

“Didiklah anak-anakmu dengan kasih sayang dan hikmah. Jangan kau jadikan marahmu sebagai pengganti nasihat, karena luka fisik bisa sembuh, tapi luka jiwa bisa menetap.”
— (Hikmah dari Ulama Pendidikan Tradisional)

Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran berharga agar sekolah, khususnya madrasah, tetap menjadi tempat yang aman, teduh, dan penuh keberkahan dalam mendidik generasi bangsa.

📚 Adab dan Hak Murid-Guru Menurut Ulama Aswaja

Dalam tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jama’ah, hubungan antara murid dan guru bukan sekadar interaksi pengajaran, melainkan ikatan ruhani yang penuh adab dan keberkahan. Ulama seperti Imam Az-Zarnuji dalam Ta’limul Muta’allim, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, serta Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim wal Muta’allim menegaskan pentingnya menjaga adab dalam proses mencari ilmu.

Seorang murid wajib memuliakan gurunya, baik secara lahir maupun batin. Ini tercermin dalam sikap tidak duduk lebih tinggi, tidak menyebut nama guru secara langsung, serta tidak memotong perkataannya. Imam Az-Zarnuji menegaskan, siapa yang tidak menghormati guru, tidak akan mendapat berkah ilmu. Kesungguhan dan kerendahan hati (tawadhu’) menjadi kunci utama, sebab ilmu tidak akan masuk ke hati yang sombong, sebagaimana dijelaskan Imam Al-Ghazali.

Selain itu, murid harus mendengarkan pelajaran dengan khidmat, tidak membantah guru di hadapan umum, dan bersabar jika mendapat teguran. Bahkan, bentuk cinta seorang guru kadang muncul dalam ketegasan. Murid juga dianjurkan meneladani akhlak gurunya, karena ilmu bukan sekadar hafalan, tetapi pembentukan jiwa.

Adapun guru, menurut Imam Al-Ghazali dan Syaikh Hasyim Asy’ari, memiliki kewajiban mengajar dengan niat ikhlas, penuh kasih sayang, dan sesuai kemampuan murid. Guru tidak boleh menghina atau mempermalukan murid, tapi harus menjadi contoh dalam adab dan akhlak. Ilmu yang diajarkan dengan hati yang bersih akan menumbuhkan keberkahan pada murid-muridnya.

Dalam relasi ini, murid berhak atas bimbingan yang sabar, pengajaran yang tulus, serta doa dari gurunya. Sebaliknya, guru berhak untuk dihormati, ditaati, dan dijaga kehormatannya. Hubungan murid dan guru harus dijaga dengan adab agar ilmu menjadi cahaya yang menembus hati.

Imam Az-Zarnuji berkata, “Barangsiapa belajar tanpa adab, maka ia seperti menanam benih di atas batu.” Maka, mari jaga adab sebelum ilmu, agar ilmu kita tidak menjadi beban, tetapi menjadi cahaya yang menerangi kehidupan dunia dan akhirat.


📘 1. Ta’limul Muta’allim

  • Judul lengkap: Ta’līm al-Muta’allim Ṭarīq at-Ta’allum
  • Pengarang: Imam Burhanuddin Az-Zarnuji (w. abad ke-7 H)
  • Kandungan: Kitab ini khusus membahas adab-adab murid dalam menuntut ilmu, mulai dari niat, memilih guru, menghormati guru, sampai menjaga waktu dan kesungguhan dalam belajar.

📘 2. Ihya’ Ulumuddin

  • Judul lengkap: Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn
  • Pengarang: Imam Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505 H)
  • Kandungan: Sebuah ensiklopedia tasawuf dan etika Islam, termasuk bab khusus tentang keutamaan ilmu, adab guru dan murid, serta bahaya ilmu yang tidak diamalkan.

📘 3. Adabul ‘Alim wal Muta’allim

  • Judul lengkap: Adabul ‘Ālim wal Muta‘allim fīmā Yaḥtāju Ilayhi al-Muta‘allim fī Ḥāli Ta‘allumihi wa Mā Yata‘allaqu Bihi
  • Pengarang: Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari (w. 1366 H), pendiri Nahdlatul Ulama
  • Kandungan: Kitab ini menjadi pedoman utama adab guru dan murid dalam tradisi pesantren, menekankan pentingnya keikhlasan, adab, dan keberkahan dalam proses belajar-mengajar.

📘 4. Bidayatul Hidayah

  • Judul lengkap: Bidāyat al-Hidāyah
  • Pengarang: Imam Abu Hamid Al-Ghazali
  • Kandungan: Kitab pengantar jalan hidayah, membahas tata cara ibadah dan akhlak penuntut ilmu terhadap guru dan sesama manusia.

📘 5. Al-Azkar

  • Judul lengkap: Al-Adzkar an-Nawawiyah
  • Pengarang: Imam Yahya bin Syaraf An-Nawawi (w. 676 H)
  • Kandungan: Meski berisi doa-doa, kitab ini juga memuat banyak nasihat tentang adab dan akhlak murid, termasuk pentingnya berkumpul dengan ulama dan orang-orang saleh.

#Demak #MadinDemak #PendidikanBerhikmah #TamparanGuru #DendaGuruRp25Juta #KabarPendidikan #BeritaDemak #RefleksiPendidikan #MadrasahDiniyah #PengasuhSantri #BeritaViralHariIni #KisahNyataGuru #EmosiDalamMengajar #PelajaranBerharga #PendidikanKarakter

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini