Beranda Quotes Belajarlah Sebelum Menjadi Pemimpin

Belajarlah Sebelum Menjadi Pemimpin

39
0
Belajarlah Sebelum Menjadi Pemimpin
Belajarlah Sebelum Menjadi Pemimpin

Dalam hidup ini, kita sering terlalu berambisi untuk duduk di kursi paling depan, terlalu tergesa ingin memegang kendali, ingin bicara di atas podium, ingin diikuti, didengarkan, dan dipatuhi. Tapi, pertanyaannya: sudahkah kita belajar cukup untuk pantas memimpin?

Pemimpin itu bukan gelar. Ia bukan simbol kekuasaan yang diperebutkan. Pemimpin adalah amanah. Dan amanah tidak bisa dipikul oleh pundak yang kosong dari ilmu.

Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya membuka bab ilmu dengan satu prinsip agung: “al-‘ilmu qablal qawl wal ‘amal” — ilmu itu didahulukan sebelum ucapan dan tindakan. Karena kalau bicara tanpa ilmu, yang keluar hanyalah kesesatan. Dan kalau bertindak tanpa pengetahuan, yang terjadi hanyalah kerusakan.

Menjadi pemimpin, baik di keluarga, di masyarakat, apalagi di negara, itu bukan soal siapa yang paling lantang suaranya atau paling besar dukungannya. Tapi siapa yang paling dalam ilmunya dan paling jernih pandangannya.

Ilmu di sini bukan sekadar hafalan, bukan sekadar data. Tapi hikmah — kemampuan membaca realitas dengan bening, jujur, dan adil. Sebab, tanpa ilmu, kekuasaan hanya akan menjadi alat eksploitasi. Dan tanpa hikmah, pemimpin hanyalah aktor yang sibuk memainkan perannya demi tepuk tangan manusia, bukan ridha Tuhan.

Jangan tergesa ingin memimpin sebelum engkau mampu memimpin dirimu sendiri. Pemimpin sejati adalah yang mampu menundukkan egonya, bukan yang menundukkan orang lain untuk kepentingan egonya.

Belajarlah. Belajar dari kitab, belajar dari hidup, belajar dari diam, belajar dari luka, bahkan belajar dari orang kecil yang kau abaikan.

Kita tidak sedang kekurangan orang yang ingin memimpin. Tapi kita krisis orang yang cukup jujur untuk berkata: “Aku belum siap, aku masih harus belajar.” Karena itu adalah bentuk kepemimpinan tertinggi: memimpin diri untuk tidak memaksakan diri.

Semoga kita menjadi generasi yang tidak hanya pandai mengambil posisi, tapi juga pandai mempersiapkan diri. Karena dalam Islam, kepemimpinan itu bukan soal merebut tahta, tapi soal menanggung amanah — dan itu tidak bisa tanpa ilmu.

Wallahu a‘lam.


Ibnu Rifai, S.Kom

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini